Dibalik Layar PALAPOLI


Berbincang dengan kang Iwan, membuat saya seolah tertarik ke 31 tahun yang lalu. Tahun 1983 Politeknik Negeri UNDIP memiliki mahasiswa mahasiswi yang memiliki kegemaran mendaki gunung, dari kegemaran yang sama mereka berhimpun. Bersama kang Pambudi, kang Sugeng, dan beberapa orang lagi, berawal dari komunitas dengan saran pak Albertus ( saat itu ketua senat, komandan menwa) ahirnya organisasi ini berdiri. Pada zamannya organisasi di kampus hanya Menwa dan Senat ( sekarang BEM ). Dulu menwa itu wajib kata kang iwan saat bercerita kepada saya, mahasiswa baru memiliki kewajiban mengikuti pendidikan kedisiplinan selama 2 bulan. Kemudian senat karena memang senat itu harus ada dalam sebuah universitas. Dan kemudian PALAPOLI.




Dibawah nama PALAPOLI ( Pecinta Alam Politeknik). Desember kemudian dijadikan bulan jadi PALAPOLI, karena pada bulan itulah pertama kalinya di adakan pendakian bersama. Base campnya pun belum seperti sekarang, dulu mereka berkumpul di perumda. Sebuah perjuangan bagi para pendiri. Lambang PALAPOLI yang berupa segitiga dengan gigiroda berjumlah 12 dan pohon pinus di dalamnya juga memiliki cerita di belakangnya. Lambang segitiga mewakili jumlah jurusan yang ada pada Politeknik, kemudian kenapa di ambil gigi roda karena kebanyakan anggota PALAPOLI berasal dari Tehnik Mesin, jumlah 12 menjadi lambang untuk bulan desember. Pohon pinus dipilih karena pohon ini hidup di alam liar. 


Kepala suku atau pada jamannya ketua adalah kang Pambudi, kang Pambudi di anggap yang paling mengayomi diantara yang lain. Kang Pambudi kemudian menyerahkan jabatannya kepada kang Budi dalam sebuah pendakian massal di Merapi, yang kemudian sampai saat ini menjadi sebuah tradisi bernama Tradisi Merapi, sebuah tradisi untuk pergantian kepala suku. Karna satu dan lain hal penyerahan panji PALAPOLI pada jaman itu di serahkan di pinus pinus tidak di pasar bubrah. Pemilihan gunung merapi sendiri melihat dari waktunya, merapi dapat di daki dalam satu hari. Melihat dari tracknya, merapi tracknya lumayan. Melihat dari lokasi sendiri merapi tidak terlalu jauh dari semarang. 


Dalam kesederhanaan PALAPOLI terlahir, 1984 berubah menjadi WALHI, tumbuh dan besar hingga menjadi WAPALHI pada tahun1994 sampai saat ini.



Narasumber : Kang Iwan

Penulis : Lili(Balsem)W.11.496.WA


0 Comments