Untaian Kebersamaan di Puncak EXPC 40th WAPALHI

Author : Gustono "gabenk Ajisaka"


 *Untaian Kebersamaan di Puncak EXPC 40th WAPALHI*


" HIDUP ADALAH SOAL KEBERANIAN MENGHADAPI YANG TANDA TANYA, TANPA KITA MENAWAR. TERIMA DAN HADAPILAH " ( Soe Hoek Gie )


Seorang Ulama Mengatakan, *"Sebenarnya, hanya dengan melakukan perjalanan bersama-sama, akhlak seseorang dapat diketahui,"*        

Syekh Maulana menukil Riwayat Kholifah Umar r.a pernah bertanya kepada seseorang tentang orang lain, "Apakah engkau kenal dengan si fulan, orangnya bagaimana? "

Orang yang ditanya Umar itu menjawab, "Ya, saya kenal dia."

Umar, bertanya lagi, "Apakah engkau pernah bepergian bersamanya?" Ia menjawab, "tidak pernah." Umar berkata "kalau begitu, engkau tidak kenal dia."

Dan saya termasuk salah satu orang yang paling beruntung dalam hidup ini karena saya memiliki Keluarga Wapalhi ini yang sering melakukan perjalanan dan berbagi kehidupan secara Bersama untuk menyadari dan menumbuhkan rasa sebagai Makhluk Sosial seperti keinginan Pencipta-NYA. 


Dan pada tanggal 5- 6 Agustus 2023 ,kami merangkai perjalanan Bersama dalam komitmen untuk mencakap 40 puncak Gunung dan sebagai puncaknya komitmen ini adalah perjalanan Bersama dalam Kegiatan *“PUNCAK XPDC 40th WAPALHI”* di Gunung Slamet Via Bambangan Purbalingga’

 

Dan acara Puncak ultah keluargaku ini saya jadikan untuk menambah sebuah penghayatan salah satu Wujud ‘IQRO’ kami kepada ciptaan-NYA, Karena usaha untuk mencintai alam itu otomatis akan menambah kecintaan kita terhadap Pencipta Alam tersebut. Kita di suruh untuk Melihat, Memperhatikan, Mendengar, Merasakan, Mengamati, Memikirkan, dan Merenungi jagad raya ini, bagaimana bumi di hamparkan, gunung ditegakkan dan langit di tinggikan ? agar kita segera sadar siapakah kita ini dan menyadari kita bukanlah siapa siapa, Kita hanya diwajibkan untuk berani menghadapi dan memperjalankan apa yang kita terima ini tanpa berkeluh kesah/menawar.


Keinginan koordinator Kegiatan ini awalnya adalah hanya ingin mencapai 40 puncak (bukan 40 gunung) dalam upaya memberikan warna pada acara Ulang Tahun Wapalhi. Namun dengan jiwa dan sifat sebagai sebuah keluarga yang telah 40 tahun terbentuk keinginan awal tersebut ternyata mendapat dorongan dari seluruuh anggota untuk mewujudkan dan bahkan terlah tercapai 56 puncak dari 40 Gunung yang telah dicapai.ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa dalam sebuah keluarga. seperti kata seorang pendaki top dunia Ed Viesturs *“NO SHORTCUT TO THE TOP”*


Mendaki gunung bukan cuma soal naik dan turun, tapi naik gunung adalah soal bagaimana kita bersikap terhadap alam. Bagaimana bersikap terhadap diri sendiri, Rekan Perjalanan, penduduk sekitar. Dalam kegiatan pendakian gunung, kita tidak hanya membawa beban berat di punggung yakni Tas Ransel, namun juga menerapkan Pengetahuan Dasar Alam Bebas, termasuk bagaimana kita menSedekahi diri sendiri dan selalu bijak kepada alam.


Sedekah kepada diri sendiri adalah hal fundamental dalam sebuah komunitas keluarga, dimanapun kita berada kita diharuskan untuk bisa mandiri tanpa merepotkan orang lain karena kita tahu bahwa orang lainpun juga sedang berusaha untuk mencukupi kebutuhannya sendiri terlebih dahulu. Kebutuhan pribadimu yang engkau sandarkan kepada orang lain adalah raport buruk yang engkau pertontonkan kepada keluarga, Maka bila ada yang tidak punya waktu untuk memahami bebanmu itu adalah hal yang lumrah dan jangan menjadikanmu amarah. 


“Meraih Puncak adalah Pilihan, Turun dengan Selamat adalah Keharusan…”.


Ada beberapa tingkatan “Pendakian”, yaitu :


*Tingkat Pertama*, adalah ”Untuk kesenangan Pribadi”. 


*Tingkat kedua*, adalah “Untuk Mendapatkan Pengakuan”. 


*Tingkat Ketiga* adalah “ Untuk Pelestarian Alam ”. 


*Tingkat Keempat* adalah “Untuk Menemukan Hakekat Diri”



Ini adalah tingkatan spiritual dalam kehidupan apapun yaitu *Syariat, Tarekat, Makrifat dan Hakekat.* Semua harus dimulai dengan tingkatan terendah, tidak mungkin kita akan menemukan hakekat diri kalau kita tidak hobby mendaki? Kita tidak mungkin bisa melestarikan alam bila kita belum mendapatkan pengakuan dalam pengembaraan.


Orang-orang yang memiliki tujuan seperti inilah orang yang mampu berguru pada alam. Mereka mendaki gunung bukan lagi untuk hobi atau mengejar Pengakuan, tetapi mereka mendaki karena “panggilan jiwa” yang harus terus dipenuhi. Jadi, jelas bahwa gunung adalah media untuk menempa pribadi manusia sebelum akhirnya mendapatkan ilmu yang berasal dari Pencipta Alam


*Sabtu 5 Agustus 2023*


Hari pertama pendakian dimulai dari Pos Bambangan dengan tujuan akhir di Pos 5 tempat Campsite kami untuk memulihkan tenaga sebelum melanjutkan ke puncak esok harinya. Tujuan hari pertama sudah ditetapkan, persiapan sudah di laksanakan, perijinan sudah di komunikasikan. Semua sudah OK tinggal melaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kemauan masing masing anggota. 

Untuk mencapai ke Pos 5 memerlukan sebuah perjuangan yang berbeda bagi setiap keluarga namun harus mempunyai semangat yang sama bahwa apa yang dikerjakannya hanya untuk mengangkat derajat sebuah keluarga itu sendiri. 

Di Wapalhi inilah saya merasakan sebuah nilai nilai keluarga termaknakan secara nyata, walaupun kita telah di didik untuk selalu mensedekahi diri terlebih dahulu namun kita telah diciptakan untuk menjadi mahkluk social yang pasti akan selalu saling membutuhkan satu sama lain.

Seperti dalam perjalanan kali ini, bila ada saudara kita yang mampu baik secara materi ataupun non materi, Pasti mereka akan menyediakan diri untuk bekerja diwilayah tersebut, tidak ada paksaan, tidak ada tekanan yang ada hanyalah kegembiraan dalam mewujudkan keharmonisan untuk sebuah perjalanan. 


Bagi banyak orang awam selalu bertanya “Kenapa naik gunung?” ya ini adalah sebuah pertanyaan sederhana dan jawabannya akan beraneka ragam tergantung tingkatan masing masing individu itu tadi namun bila kita sudah memahami arti sebuah hakekat pasti aka nada satu jawaban yaitu “Ya karena Gunung itu ADA di ciptakan oleh sang maha pencipta dan saya sebagai ciptaannya juga diberi kemampuan dan kemauan untuk mendatanginya agar bisa saling belajar terhadap apa yang telah diciptakannya , untuk kami sebarkan kepada kalian yang belum mengasah kemampuan dan kemauan kalian dalam mendatanginya” 


Dalam keluarga kamipun yang sudah berusia 40thn ini tidak semua anggota keluarga telah mencapai tingkatan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Semua mempunyai proses dan Langkah masing masing. Ada yang mendaki gunung hanya untuk tujuan olahraga, untuk prestasi, untuk mengukur batas kemampuan diri, ada pula yang mendaki gunung sekedar untuk berwisata, melepas jenuh dari penatnya pekerjaan dan rutinitas kesehariannya. 

Kemudian ada pula yang mendaki karena mengikuti trend, mengikuti laju kekinian, megikuti arus gaya hidup dan kebiasaan jaman. Namun di sisi yang lain, ada pula yang mendaki guna mencari diri sendiri, mendengarkan riuhnya nyayian alam dalam hembusan angin yang hening, menikmati ke-eksistensian Tuhan dalam bentang horizon dan lebatnya pepohonan.


Setiap orang punya alasannya sendiri sendiri. Kita tidak punyak hak, sama sekali tidak punya hak untuk menghakimi fenomena ini.

 

Tidak bisa kita katakan bahwa seseorang yang mendaki untuk tujuan spiritualisme jauh lebih mulia daripada yang sekedar hanya ingin mencari eksistensi dan kepopuleran, kita tidak bisa mengatakan itu meskipun pada kenyataannya demikian. Kita juga tidak dibenarkan untuk mengatakan bahwa para pendaki masa kini yang rela bersusah payah hanya untuk mengejar foto yang bisa ia bagi di sosial media, adalah lebih buruk daripada para petualang yang mengujungi alam hanya untuk melepas penat dan lelah rutinitas dari pekerjaannya.


Kita tidak dapat mengjustifikasi mereka dengan pemikiran pemikiran kita sendiri, meskipun secara kasat mata pemikiran kita itu jelas terbukti. Gunung dan Puncak bukan milik seseorang, bukan milik suatu kelompok,karena itu-lah setiap orang merasa berhak untuk boleh melakukan apa pun di atasnya.


di Pos 5 kami berbagi secangkir kopi dan menikmati hari dengan obrolan obrolan tentang diri kami sendiri agar kami bisa menambang energi kembali untuk digunakan esok hari dalam Langkah untuk menuju kehambaan diri. 


*Minggu 6 Agustus 2023*


Setelah energi kami terpulihkan sebagian ..wakeup call terdengar diluar tenda yang menandakan bahka kami harus siap siap untuk melakukan summit ke puncak 3428 mdpl.dan pastinya “alarm” itu hanya “gangguan” kenyamanan kami dalam selimut kabut dingin yang memalaskan sikap dan pikiran untuk segera bergabung dengan rekan rekan secepatnya.

 

Puncak adalah tujuan fisik dalam pendakian, menyentuh puncak dalam arti yang sebenarnya adalah sesuatu yang sangat penting, setidaknya untuk sebagian orang dikeluarga kami ini dan puncak juga menjadi kata kunci serta parameter kesuksesan dalam komitmen perayaan 40th keluarga wapalhi ini. Orang lain boleh saja beretorika dengan mengatakan puncak tidak-lah penting, prosesnya-lah yang lebih penting, atau juga ada yang mengatakan puncak hanyalah bonus, perjalanan menuju puncaknya-lah inti dari pendakian.


Kalimat seperti itu terdengar sangat bijaksana, tapi tidak seratus persen benar, dan juga tidak seratus persen salah. Seperti yang telah saya sebutkan tingkatan pendakian diatas kita tidak mungkin bisa mencapai Hakekat tanpa menjalani dan memahami sebuah syareat dahulu. Betul sekali, bahwa proses tidak kalah lebih penting dari mencapai puncak, proses adalah sebuah ritme yang mengajarkan arti sebuah puncak, proses adalah sebuah guru yang memaknai arti dalam setiap langkah, proses adalah desir angin yang menyapu telinga lalu membisikkan pelajaran – pelajaran dan hikmah dalam sebuah pendakian.


Perjalanan menuju puncak dari pos 5 Samyang rangkah 2795 mdpl ini adalah bagian kesuksesan dari komitmen keluarga wapalhi ini, maka sikap dan attitude kami harus terlokalisir agar komitmen tersebut tidak memudar didalam perjalanan nantinya , kami menyadari tidak semua anggota keluarga kami akan mencapai puncak dengan waktu dan ritme yang sama namun apapun yang akan terjadi ..attitude kami adalah harus ada yang bisa menyelesaikan bagian ini untuk menebalkan martabat keluarga ini secara Bersama karena bagaimanapun siapapun yang sanggup meletakkan diri dalam ketinggian 3428 mdpl itu adalah bukan saya, bukan aku..tapi itu adalah KAMI Keluarga WAPALHI. 


Dan seperti diawal tulisan ini “NO SHORTCUT TO THE TOP” dalam setiap menuju pos selanjutnya mempunyai cerita dan tantangan yang berbeda namun harus di sikapi dengan sikap yang sama yaitu attitude diri, sikap positip dan kejujuran yang mutlak akan diri sendiri harus kita jadikan Panglima dalam pengambilan keputusan. Dalam setiap Langkah yang kita ambil , dalam setiap helaan engap nafas yang kita hembuskan harus selalu berdialog dengan kemampuan diri sendiri dengan tetap memancarkan aura positip pada sekitarnya.

Tidak ada yang mudah dalam setiap pencapaian harus ada dorongan maksimal sampai batas kemampuan maksimal yang harus kita curahkan.


Saat sebagian besar anggota keluarga kami menggapai puncak 3428 mdpl, rasa takjub dan Syukur menggema dalam aliran darah kami, moment moment inilah yang selalu menyadarkan kami sebagai pribadi dan keluarga bahwa untuk mencapai ke puncak dibutuhkan semuanya, Doa dari semua anggota, Dukungan dari seluruh keluarga, rencana dari setiap Langkah, kemauan dari tahapan yang tertera dan kemampuan menapakan tahapan secara konsisten dalam Langkah demi Langkah. 


Saat kami berada dipuncak slamet 3428 mdpl saat itulah kami merasa bahwa kami memang tidak akan berarti apa apa bila tidak ada dukungan alam semesta, Kita hanya selalu berusaha untuk terus menapakkan kaki centi demi centi unutk menuju ke pos pemberhentian, di pos kita gunakan untuk instropeksi diri akan kemampuan yang masih dimiliki, Di setiap pos itulah kita di hidangkan energi keindahan dari alam semesta untuk menambah kekuatan batiniah yang menjalar ke aliran darah agar terus menapakkan komitmen awal yang mesti diraih.


Puncak adalah sementara, Puncak adalah setengah kesuksesan dalam kehidupan dan kita wajib untuk menggenapkan dengan setengah kesuksesan lagi yang harus segera di tunaikan yaitu kembali kebawah dengan selamat agar bisa tersemaikan apa yang telah kita dapatkan dari puncak tersebut. Perjuangan untuk kembali kebawah tidak kalah hebatnya dengan perjuangan ke atas. Tidak ada yang sia sia dalam setiap proses perjalanan.


Selamat tinggal Slamet 3428 mdpl, Terima kasih keluarga Wapalhi , Pendakian ini semakin memancarkan kebijaksanaan hidup dan mengajarkan makna kesederhanaan, 


*TUHAN,*

Ampunilah Dosa dosa yang terkadang kami tidak tahu kalau itu dosa

Terima kasih telah memperjalankan kami ke jagad rimba semesta ini

Bimbinglah kami yang lemah ini untuk tetap lurus dalam berguru dalam setiap perjalanan kami


*TUHAN…*

Jangan Engkau berikan kekayaan yang membuat kami sombong

Jangan Engkau berikan kemulyaan yang membuat kami lalai

Jangan Engkau berikan kekuatan yang membuat kami angkuh

Jangan Engkau berikan kesenangan yang membuat kami lupa

Jangan Engkau berikan Kenikmatan yang membuat kami kufur


*TUHAN…*

Berikan daku sahabat sahabat yang selalu setia dalam menggapaiMU

Yang Tangguh dan Tabah dalam segala kesulitan

Yang tidak menjauh bila diberi kesenangan dan tidak mengeluh bila diberi cobaan

Berilah saudara saudaraku karunia yang membuat mereka selalu bersyukur


Janganlah Kami Engkau pecah belah

Janganlah kepada kami engkai titipkan dendam kesumat, iri dengki dan sifat tercela

Titipkanlah dihati kami sifat saling sayang dan cinta, hari ini dan selamanya


*TUHAN…* Perkenankanlah doa hamba ini ….. Aamiin

0 Comments